Wilujeung Sumping di Paguyuban Warga Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya-JABAR

Selasa, 26 November 2013

GOA ANTEG MALATISUKA - TASIKMALAYA


Banyak Terdapat Petilasan Prabu TELAH diketahui, sejarah terbentuknya Pe­me­rintahan Tasikmalaya dimulai dari adanya suatu Pemerintahan Kebataraan yang berpusat di sekitar Galunggung dengan penguasa pertama, Batari Hyang pada Abad 11 Masehi.
Periode selanjutnya adalah periode Pemerintahan Sukakerta dengan ibukota Dayeuh Tengah (Kecamatan Salopa, Tasikmalaya), yang merupakan salah satu daerah bawahan Kerajaan Pajajaran. Penguasa pertama adalah Sri Gading Anteg yang masa hidupnya sezaman dengan Prabu Siliwangi sekitar abad 14 Masehi.

Dan, untuk mengetahui sisa peninggalan Pemerintahan Sukakerta tersebut, “KP” mencoba menulusuri Goa Anteg di Kampung Sukapura RT 16/RW 8, Desa Malatisuka, ­Keca­matan Gunungtanjung, Kabupaten Tasikmalaya, Sabtu (25/3).Dengan menempuh perjalanan hampir dua jam dari pusat Kecamatan Gunungtanjung, kondisi jalan yang sangat rusak dengan jarak 20 kilometer dari jalan raya, tibalah “KP” di suatu Kampung dengan nama Kampung Sukapura. Dan, setelah bertanya kesana kemari, akhirnya berhasil menemui Kuncen Goa, Dede Abdul Karim (41).Menurut Kuncen dari Generasi ke-11 ini, nama “Anteg” berarti keteguhan, atau dalam bahasa Sunda “Kapancegan” atau dalam bahasa Arabnya, “ketauhidan”. Sejarahnya, ujar Dede, Putra Prabu Siliwangi yakni Prabu Kiansantang pulang dari Mekah, lalu membuka kampung baru dan menyebarkan Islam. “Tah ti harita lembur eta dinamian Anteg, nu hartina ‘Kapancegan’ kana ngabakti ka Allah,” kata Dede.Setahap demi setahap, penganut Islam pun bertambah, sehingga “Anteg” yang dulu dikenal suatu kampung berubah menjadi Sukapura. “Ari inti harti Sukapura mah ngenalkeun dirina supaya kenal ka Alloh-na. Ku kituna, ngaran Sukapura teh lain di Tasik wae, tapi di Cirebon jeung di Manonjaya oge aya nu hartina tempat jang ngadeukeutkeun ka Alloh,” terang Dede.Di dalam Goa Anteg, tutur Dede, terdapat berbagai petilasan zaman Prabu Siliwangi dan Kiansantang. Bahkan, petilasan Goa tersebut menyimpan aneka peninggalan kerajaan yang sudah berubah bentuk, membatu seiring perubahan alam. “Tapi tiasa katingal keneh wangunna mah meh sami,” ucap dia.Adapun panjang Goa sendiri, tuturnya, sekitar 500 meter ke bawah tanah dengan medan yang berbelok-belok, naik turun seperti di pegunungan, bebatuan curam dan memiliki lubang penyambung Goa yang amat sempit serta tanpa penerangan. Kendati demikian, Dede akan memandu siapa pun untuk menelusuri setiap jengkal Goa demi mengetahu peninggalan Pemerintahan Sukakerta tersebut.
sumber  http://www.kabar-priangan.com/news/detail/8753

Tidak ada komentar:

Posting Komentar